Bagi orang luar, perbedaan-perbedaan antara sekte Muslim Sunni dan Shiah sulit untuk dikenali.
Lima rukun Islam – shalat lima waktu; berpuasa selama bulan Ramadan;  zakat; haji ke Mekkah; dan keyakinan pada Tuhan yang Esa – merupakan  inti dari kedua keyakinan, dan kebanyakan ulama arus utama di  masing-masing golongan mengakui penganut dari pihak lain sebagai Muslim  yang "sah". 
Al Qur'an merupakan kitab suci bagi keduanya. Mereka percaya bahwa  Muhammad adalah rasul dan bahwa akan ada hari akhir yang diikuti oleh  hari perhitungan ketika dunia kiamat. 
Ikut menambahkan potensi kebingungan adalah desakan banyak umat Muslim  untuk tidak disebut sebagai Shiah atau Sunni, dengan mengatakan bahwa  mereka adalah umat Muslim dan hanya Muslim. 
Tetapi, seperti yang diperlihatkan oleh peristiwa-peristiwa belakangan  ini di Irak dan Lebanon, perbedaan-perbedaan antara para penganutnya  tidak hanya dilihat penting oleh masyarakat, seperti yang telah  berlangsung selama berabad-abad, tetapi mereka berada pada inti  perjuangan politik yang berlumuran darah. 
Walaupun ada perbedaan-perbedaan di permukaan antara kedua sekte –  perbedaan dalam shalat dan berwudhu, misalnya–arena konflik antara  keduanya sejak dulu selalu bersifat politis. 
Perpecahan antara kedua cabang utama Islam tersebut berusia hampir 1.400  tahun, dan berawal dengan sebuah perjuangan tentang siapa yang  seharusnya memimpin umat setelah wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 632.  Satu pihak percaya bahwa keturunan langsung nabi seharusnya menjadi  khalifah – pemimpin bagi umat dunia. Mereka dikenal sebagai Shiah-Ali,  atau "pendukung Ali", mengikuti nama sepupu dan menantu nabi, Ali, yang  mereka inginkan sebagai khalifah. Dengan berjalannya waktu, mereka cukup  dikenal sebagai kaum Shiah. 
Di sisi lain, kaum Sunni, berpendapat bahwa siapapun orang yang mampu  dapat memimpin umat, tanpa memandang keturunan, dan mendukung Abu Bakar,  salah seorang pertama yang memeluk Islam yang telah menikahi anggota  keluarga Muhammad. "Sunni" berasal dari kata bahasa Arab yang berarti  "pengikut" dan merupakan singkatan dari "pengikut nabi". 
Kaum Shiah akhirnya merupakan pihak yang kalah dalam perjuangan  kekuasaan yang berlangsung selama beberapa dekade, sebuah kenyataan yang  sekarang tercermin pada status minoritas mereka dalam Islam global. 
Tetapi walaupun perang saudara yang saat ini bekecamuk antara kaum Shiah  dan Sunni di Irak terkadang dianggap sebagai sebuah perluasan dari  perjuangan keagamaan berusia tua ini, konflik yang terjadi sekarang  menyangkut hal yang sedikit berbeda. 
Walau perbedaan keagamaan merupakan kenyataan dan tetap penting artinya,  perpecahan antara Shiah dan Sunni di Irak, selain menyangkut identitas  kelompok, juga menyangkut perbedaan-perbedaan cara peribadatan yang  tepat. 
Di Irak, banyak kaum Sunni dan Shiah yang sebenarnya bukan umat yang  taat beribadah ikut berpartisipasi dalam pertumpahan darah, berjuang  untuk memenangkan kepentingan kelompok. 
"Saya pikir faktor-faktor pembeda antara penganut kelompok Sunni dan  Shiah yang semakin penting, dalam banyak hal tidak bersangkutan dengan  urusan keagamaan,'' kata Barbara Petzen, seorang ahli pada Pusat Kajian  Timur Tengah, Harvard University. 
Namun, ada beberapa perbedaan keagamaan kunci. Pemujaan Shiah terhadap  keluarga suci, yaitu keturunan Muhammad, telah menyumbangkan terciptanya  sebuah majelis ulama yang lebih terpusat dan hirarkis daripada dalam  dunia Sunni. 
Semua umat Shiah harus mengikuti ajaran seorang ayatullah tentang  bagaimana mengikuti hukum Islam, atau shariah, dalam konteks modern.  Bagi banyak orang di Irak, peran ini dijalankan oleh Ayatullah Ali  al-Sistani. 
Islam Sunni jauh lebih tidak tersentralisasi. Dalam hal ini,  perbedaan-perbedaan antara Islam Sunni dan Shiah kelihatannya mendekati  perbedaan-perbeadaan antara Gereja Katolik Roma dan kebanyakan golongan  Protestan. 
Walaupun merupakan mayoritas di Iran dan Irak, Shiah hanya mencakup 15  persen umat Muslim dunia. Sejarah kekalahan dan pendudukan mereka juga  telah membawa pada pengkultusan kematian dan kesyahidan dalam Shiahisme.  
Hari-hari raya utama Shiah merayakan kekalahan dan kesyahidan yang agung  dari Imam Ali dan Imam Hussein, anak laki-laki Ali, yang ditandai oleh  hari raya puncak Shiah, Ashura, yang memperingati pembunuhan atas  Hussein dan pengikutnya di luar sebuah kota di Irak, Karbala, oleh  seorang khalifah Sunni pada tahun 680. 
Di Irak dan Iran, hari raya tersebut ditandai oleh prosesi panjang para  laki-laki yang mengulang drama kecintaan dengan cara mencambuki diri  sendiri dengan rantai sesuai irama tabuhan genderang. 
Pernyataan kesalehan seperti itu dilihat dengan kemuakan oleh kelompok  garis keras Sunni, seperti para ulama di Arab Saudi, yang memandang  pemujaan terhadap Hussein dan anggota keluarga nabi lainnya sebagai  pelanggaran atas prinsip monotheisme. Pandangan ini telah sering  menyebabkan kelompok-kelompok ekstremis seperti Al Qaeda menyerang kaum  Shiah sebagai orang kafir. 
Kenyataan bahwa Shiah telah lama ditekan – pertama di bawah kekuasaan  Kekaisaran Ottoman, kemudian di bawah negara-negara seperti Irak dan  Arab Saudi – telah membawa pada sebuah identifikasi kuat dengan  ketidakadilan yang diderita oleh Hussein, dan telah memberikan sebuah  dimensi politik bagi peribadatan Shiah. Perayaan-perayaan Ashura,  misalnya, dilarang di bawah kekuasaan Saddam Hussein, yang takut dapat  menyebabkan pemberontakan secara spontan. 
Salah satu perbedaan paling penting antara keyakinan Shiah dan Sunni adalah pemujaan terjadap para imam.
Kaum Shiah percaya bahwa ada 12 pewaris sah Muhammad sebagai khalifah,  dan bahwa imam terakhir, sekarang disebut sebagai Mahdi, menghilang  ketika ia diangkat ke dalam pelukan Tuhan. Banyak kaum Shiah percaya  bahwa Mahdi akan kembali ke bumi satu saat dan memainkan peran sebagai  penyelamat. Sebuah pertempuran antara kekuatan baik dan jahat akan  terjadi, mengakhiri berkuasanya perdamaian seribu tahun dan akhir dunia.  
Dalam praktiknya, ini terkadang membawa kepada retorika kewahyuan dari  para pemimpin seperti Moqtada al-Sadr dari Irak dan Presiden Iran  Mahmoud Ahmedinejad. 
Entri Populer
- 
Pangeran Sabrang Lor (1480?–1521) adalah Sultan Demak kedua yang memerintah dari tahun 1518 hingga 1521 BIOGRAPHI PANGERAN SABRANG LOR I. As...
 - 
Tak ada yang lebih menyakitkan hati dibandingkan jika pasangan kita berselingkuh. Begitu banyak informasi yang tersedia mengenai apa yang ...
 - 
Bener bener pengalaman yang nggak bakalan aku lupakan...emhhh..waktu itu aku punya kenalan seorang cewek yang di jadikan istri ke 3...oleh s...
 - 
ketika suasana semakin tak tekendali aku hanya bisa terdiam dan tak banyak bicara, hanya emosi dan sesak di dada yang seakan aku pengen teri...
 - 
Tips merawat payudara indah dengan hanya mengikuti beberapa langkah berikut ini : Pada saat beraktivitas selalu kenakan bra untuk menjaga ...
 - 
mengatakan cinta ? Anda seorang pendiam yang susah mengungkapkan dan mengekspresikan rasa cinta anda terhadap orang yang anda sayangi? Ora...
 - 
Komando Pasukan Khusus yang disingkat menjadi Kopassus adalah bagian dari Bala Pertahanan Pusat yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat ya...
 - 
Liburan panjang akhir tahun sudah berakhir. Kini saatnya si kecil harus kembali menjalankan rutinitas ke sekolah. Hal ini tentu tidak mud...
 - 
“Hai orang-orang beriman, tidak halal bagi kamu mewarisi wanita dengan cara paksa, dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak men...
 - 
DARI BERITA TELEVISI , SURAT KABAR DAN RADIO SEMUANYA TENTANGMU MIRIS, MARAH DAN KECEWA KETIKA MENDENGAR SEMUA ITU KEJADIAN INI SELALU TERLU...
 

Tidak ada komentar:
Posting Komentar